
SatuRakyat, 17 Oktober 2025 – Pasar saham Indonesia hari ini dikejutkan dengan penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG anjlok 2.57% dan kembali ke level 7.000-an, tepatnya di 7.915,66. Ini merupakan penurunan terburuk dalam beberapa bulan terakhir, setelah indeks sempat stabil di atas 8.000 poin sejak awal tahun.
Penurunan ini terjadi di tengah volume perdagangan yang tinggi, dengan lebih dari 591 saham mengalami penurunan. Investor tampak panik, menjual saham-saham blue chip yang selama ini menjadi andalan.
IHSG Anjlok 2.57%: Biang Kerok dari Sentimen Global
Salah satu penyebab utama IHSG anjlok 2.57% adalah eskalasi perang tarif antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengancam tarif 100% pada impor China, yang memicu kekhawatiran rantai pasok global.
Hal ini berdampak langsung pada ekspor Indonesia, terutama komoditas seperti nikel dan batubara.
Selain itu, isu kredit macet di perbankan AS juga menambah tekanan. Kekhawatiran atas shutdown pemerintahan AS membuat investor global beralih ke aset aman seperti emas dan obligasi.
Di dalam negeri, aksi profit taking menjadi faktor kunci. Setelah rally panjang di level 8.000-an, banyak investor mengamankan keuntungan mereka.
Saham-saham konglomerat seperti milik Prajogo Pangestu dan bank-bank besar ikut rontok. Ini memperburuk penurunan IHSG secara keseluruhan.
Dampak IHSG Anjlok 2.57% terhadap Sektor Ekonomi
Penurunan IHSG anjlok 2.57% ini memukul sektor keuangan paling parah.
Sektor pertambangan juga terdampak, karena harga komoditas global melemah akibat ketegangan perdagangan.
Investor ritel merasakan kerugian langsung, dengan nilai portofolio mereka menyusut signifikan.
Namun, bagi investor jangka panjang, ini bisa menjadi peluang beli. Menteri Keuangan Purbaya optimistis pasar akan pulih dalam dua pekan.
Volatilitas ini juga memengaruhi rupiah, yang kembali melemah terhadap dolar AS.
Pemerintah diharapkan merespons dengan stimulus ekonomi untuk stabilkan pasar.
Analisis Mendalam: Mengapa IHSG Anjlok 2.57% Setelah Stabil di 8.000-an?
Sebelum IHSG anjlok 2.57%, indeks telah naik konsisten sejak Januari 2025. Faktor pemulihan pasca-pandemi dan investasi asing mendorongnya ke level 8.000-an.
Namun, optimisme Fed Rate cut yang sempat naik, kini terganggu oleh data ekonomi AS yang buruk.
Di Indonesia, demo dan isu politik domestik turut menekan sentimen.
Analis dari Mirae Asset Sekuritas menilai penurunan ini sementara. Mereka sarankan diversifikasi portofolio.
Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) siap lakukan trading halt jika penurunan berlanjut.
Secara teknikal, level support IHSG ada di 7.800, dengan resistance di 8.100.
Investor disarankan pantau berita global untuk antisipasi.

Prospek ke Depan Pasca IHSG Anjlok 2.57%
Meski IHSG anjlok 2.57%, prospek rebound tetap ada. Jika perang tarif mereda, pasar bisa pulih cepat.
Pemerintah Indonesia sedang siapkan paket stimulus, termasuk insentif pajak untuk investor.
Sektor teknologi dan renewable energy diprediksi tahan banting.
Bagi pemula, ini saat belajar manajemen risiko.
Secara keseluruhan, pasar saham Indonesia tetap atraktif jangka panjang.
Volatilitas seperti ini normal dalam siklus ekonomi.
Investor bijak akan lihat ini sebagai kesempatan, bukan ancaman.
Penurunan IHSG anjlok 2.57% ini mengingatkan pentingnya diversifikasi.
Di akhir hari, pasar ditutup dengan harapan pemulihan besok.
Analis memprediksi IHSG bisa kembali ke 8.000 dalam sebulan jika sentimen positif.
Tetap waspada terhadap berita geopolitik.
Ini adalah salah satu ujian ketahanan ekonomi Indonesia di 2025.








