Jakarta, SatuRakyat – Seorang anggota perempuan parlemen Korea Selatan, dirawat di Rumah Sakit Seoul, setelah diserang menggunakan batu tepat dikepala oleh seorang tak dikenal. Insiden tersebut terjadi di distrik Apgujeong, penangkapan dilakukan dengan cepat di lokasi. Hal ini terjadi setelah penikaman baru-baru ini terhadap pemimpin oposisi Lee Jae-myung di Busan, menandai kondisi politik yang terpecah belah.
Rekaman CCTV menunjukkan tersangka menggenakan topeng dan masker abu-abu, sempat terlibat dalam percakapan dengan anggota parlemen Bae Hyun-jin, sebelum memukulnya berulang kali menggunakan batu kecil di lorong gedung. Bahkan setelah Bae tumbang, tersangka tetap lanjut menyerangnya. Video CCTV memperlihatkan Bae berusaha melawan juga menangkis tersangka penyerangan.
Menurut ajudan Bae, pelaku penyerangan menanyakan apakah dia adalah anggota parlemen sebelum menghantam kepalanya menggunakan batu seukuran kepalan tangan. Bae, adalah mantan presenter berita juga orang kepercayaan Presiden Korea Selatan, Yook Suk Yeol. Kantor Presiden Yoon mengutuk penyerangan itu, menekankan perlunya penyelidikan menyeluruh.
Ahli bedah saraf, Park Sukh Que, Rumah Sakit Universitas Soonchunhyang Seoul, melaporkan bahwa Bae menderita cedera ringan di kepala, termasuk goresan dan luka, tanpa tanda-tanda gegar otak atau pendarahan internal. Serangan itu menyebabkan ia jatuh terlentang, namun kondisinya masih dalam keadaan stabil.
Motif penyerangan anggota parelemen Korea Selatan itu masih belum jelas, laporan menyebutkan tersangka penyerangan mengaku masih berusia 15 tahun. Serangan yang terjadi kepada Bae, menyusul insiden penyerangan terhadap pemimpin oposisi Lee. Penyeran menyatakan akan mencegah Presiden Lee menjadi presiden kembali dimasa depan.
Lee, mengomentari serangan Bae dengan mengatakan serangan itu sebagai “terorisme politik” yang memerlukan tindakan tegas. Pemimpin partai yang berkuasa menyerukan penyelidikan menyeluruh dan hukuman tegas bagi pelaku penyerang. Sementara itu anggota parlemen lainnya menyebut insiden tersebut sebagai “tantangan serius” terhadap demokrasi Korea Selatan, mendesak diakhirinya politik yang didorong oleh kebencian dan kekerasan.
Baca Juga : Monumen Reunifikasi Antar Korea Telah Dihancurkan Korea Utara