China Geram Terjadi Kekerasan Di Negara Papua Nugini

China marah melayangkan protes ke Papua Nugini atas kekerasan yang terjadi di negara tetangganya Indonesia.
Pemerintah China marah setelah kesepakatan tersebut sehingga bisnis warga mereka di negara tetangga Indonesia menjadi sasaran kekerasan.

Kementerian Luar Negeri China mengumumkan bahwa Kedutaan Besar di Port Moresby telah meneruskan pengaduan tersebut ke Papua Nugini.
Pada hari Jumat (12/1), siaran pers Kedutaan Besar Tiongkok menyatakan “Kedutaan Besar Tiongkok di Papua Nugini telah menyampaikan pernyataan ke Papua Nugini terkait penyerangan terhadap toko-toko Tiongkok.” ujarnya.

Kedutaan kemudian mengimbau warga Tiongkok untuk menghindari bepergian dan menjauhi tempat keramaian, terutama tempat-tempat kerusuhan.
China mengumumkan bahwa tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, Namun dua warga Negeri Tirai Bambu ini mengalami luka-luka.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan kedutaan telah meluncurkan mekanisme tanggap darurat konsuler.

 

China juga meminta Papua Nugini untuk mengambil tindakan efektif lebih lanjut, “(Ini) untuk menjamin keselamatan masyarakat dan bisnis Tiongkok, dan menghukum berat para pelakunya,” kata Mao Ning, China telah memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara Pasifik Selatan dalam beberapa tahun terakhir.
Presiden Xi Jinping juga berjanji untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang mulai dari pertanian, energi dan mineral hingga infrastruktur.

Ibu kota Papua Nugini belakangan ini dilanda kekacauan akibat kerusuhan.

Kerusuhan dimulai setelah sekelompok tentara, polisi dan penjaga keamanan melakukan pemogokan setelah menerima pemotongan gaji yang tidak wajar.
Warga yang tak puas dengan pemerintah ikut dalam aksi tersebut, Kerusuhan kemudian meluas hingga ke kota Lae.

 

Beberapa orang masuk ke dalam toko melalui pecahan kaca jendela dan menjarahnya.

Video tersebut juga memperlihatkan asap hitam dalam jumlah besar setelah gedung atau mobil terbakar.
Polisi juga melepaskan tembakan untuk membubarkan kelompok penjarahan.

Untuk mengatasi kerusuhan, pemerintah Papua Nugini mengumumkan keadaan darurat selama 14 hari.
Pemerintah mengirimkan tentara untuk menjaga jalan-jalan setelah 16 orang tewas dalam demonstrasi yang disertai kekerasan.
Aksi unjuk rasa yang bermula dari kesalahan pembayaran gaji pegawai negeri (PNS) tiba-tiba berubah menjadi rusuh bahkan berujung pada peristiwa perampokan.

Perdana Menteri Papua Nugini James Marape segera mengumumkan keadaan darurat dan menyiagakan lebih dari 1.000 tentara untuk melakukan intervensi jika diperlukan.

 

Berikut fakta kerusuhan demonstrasi dan penjarahan di Papua Nugini

Kerusuhan dimulai pada Rabu (10/1), setelah ratusan petugas polisi, staf penjara dan pegawai negeri melakukan pemogokan di ibu kota Port Moresby karena gaji yang belum dibayar.
Gaji aktual pegawai negeri sipil di Papua Nugini dikurangi sebesar 300 kina atau sekitar Rp1,2 juta.

Pemerintah menuduh ada kesalahan klerikal dalam pembayaran gaji PNS.
Demonstrasi yang awalnya digelar di depan gedung parlemen berujung pada kerusuhan dan penjarahan.
Menurut AFP, pengunjuk rasa tiba-tiba memasuki toko melalui jendela pecah dan memasukkan barang curian ke dalam kotak karton, keranjang belanja, dan bahkan kotak plastik.

Kerusuhan juga terjadi di Lae, kota terbesar kedua di Papua Nugini.
Australian Broadcasting Corporation (ABC) melaporkan sedikitnya 16 orang tewas di Port Moresby dan Lae.
Selain korban tewas, 25 orang dirawat di rumah sakit utama Port Moresby karena luka tembak.

Baca  Berita Lainnya : Karena Cekcok Dengan Pacarnya Supir Angkot Tusuk 2 Pria