Jakarta, 16 Januari SatuRakyat – Para Pejabat mengatakan bahwa telah terjadi bencana kelaparan di Gaza. Tidak ada makanan, air, dan pemanas.

Relawan Gaza mengatakan bahwa telah terjadi bencana kelaparan, dimana para orang tua mengorbankan sisa sisa makanan mereka untuk anak anaknya.

Para relawan menyatakan Gaza sangat membutuhkan banyak bantuan kemanusiaan setelah dilaporkan lebih dari 24.000 orang tewas akibat dari serangan Israel.

WFP, UNICEF, dan WHO bersama menyatakan, bahwa rute masuk di jalur Gaza harus dibuka lebih lebar agar angkutan bantuan bisa masuk lebih banyak setiap harinya, sehingga bantuan bisa segera didistribusikan kepada para relawan dan korban.

Meskipun mereka tidak secara langsung mengkritik Israel, namun mereka mengkritik pembukaan perbatasan yang terlalu sedikit sehingga terjadi keterlambatan dalam distribusi bantuan untuk korban, juga keterlambatan dalam pemeriksaan truk dan pasokan.

Perang Israel melawan Hamas terjadi tepat setelah kelompok ekstrimis menyerang Israel Selatan pada 07 Oktober kemarin.

Perang di Gaza ini menyebabkan tewasnya 1.200 orang, sebagian besar adalah warga sipil, dan menyebabkan kerusakan besar di Gaza. Para penduduk yang berjumlah 2,3 Juta orang dievakuasi, banyak penduduk terpaksa berpindah tempat untuk mencari keselamatan menyebabkan mereka banyak kehilangan harta benda dan uang mereka.

Di Rafah dan Khan Younis Gaza Selatan, tenda-tenda dan tempat pengungsian sementara telah memenuhi hampir seluruh lahan. Banyak penduduk yang berjejalan di Apartemen dan Sekolah yang dikelola oleh PBB, atau tidur di lantai Rumah Sakit.

Hussein Awda (37), melarikan diri dari Gaza Utara dikarenakan rumahnya telah hancur dan kerabatnya terbunuh pada awal perang terjadi.

“Ini mengerikan. Kami hanya makan Roti yang terbuat dari Tepung dan Garam sehari sekali. Mungkin kami bisa mendapatkan kacang kalengan jika membelinya di pasar gelap, atau tidak kami akan kelaparan.” Kata Awda, yang sudah tinggal di bekas sekolah Khan Younis bersama keluarganya juga menjadi rumah bagi 35.000 pengungsi.

“Harusnya ada lebih banyak bantuan datang namun kami belum melihat apapun kecuali buah buahan yang sangat mahal, tidak ada apa apa di pasar. Kami mencoba makan sehemat mungkin karena kami tidak tahu kapan makanan akan datang lagi”

Para Dokter mengatakan bahwa banyak anak yang meninggal karena Hipotermia yang disebabkan kekurangan gizi dan makanan. Juga banyak anak bayi yang meninggal beberapa hari setelah dilahirkan dikarenakan ibunya yang kekurangan gizi.

“Kami tidak mengetahui jumlah pastinya, namun kami dapat mengatakan bahwa banyak anak meninggal bukan hanya sebagai akibat langsung dari pertempuran, namun juga sebagai akibat dari situasi kemanusiaan di lapangan,” kata Tess Ingram, juru bicara PBB untuk UNICEF yang sedang berada di Rafah.

 

Baca Juga : Gunung Berapi Islandia Meletus Hanguskan Rumah Warga