Jakarta, SatuRakyat – Di tengah konflik Gaza, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, akan pergi ke Kairo untuk berdiskusi mengenai usulan gencatan senjata dalam konflik Israel-Gaza. Syarat dari gencatan senjata ini adalah pembebasan sandera Hamas-Israel secara bertahap.

Selama perang, Kementerian kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban jiwa yang sangat besar, dengan 26.900 warga Palestina tewas, hampir 66.000 orang terluka sejak perang dimulai. Israel sendiri mengkoinfirmasi kematian tiga tentaranya dalam 24 jam terakhir, sehingga total korban jiwa akibat serangan darat menjadi 224 orang.

Pertempuran di Khan Younis dan Kota Gaza, dengan rumah sakit Nasser, Khan Younis, tempat perlindungan pengungsi Palestina, dibombardir. Laporan penyerangan juga muncul di rumah sakit lain, al-Amal, Khan Younis, di mana seorang wanita berusia 75 tahun dan seorang bayi berusia 45 hari meninggal karena kekurangan oksigen.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, terpaksa merelokasi operasinya keluar dari Khan Younis, sehingga kehilangan fasilitas penting untuk penduduk setempat. Selain itu, sekitar 30 mayat ditemukan di halaman sebuah sekolah Beit Lahia.

Pejabat Hamas mengungkapkan proposal gencatan senjata melibatkan gencatan tiga tahap. Rencana tersebut mencakup pembebasan awal terhadap perempuan, anak-anak, pria sakit berusia di atas 60 tahun, lalu pembebasan tentara, dan pengembalian jenazah sandera yang telah meninggal.

Usulan tersebut muncul dari perundingan Paris yang melibatkan kepala intelijen Israel, Amerika, Mesir, serta perdana menteri Qatar. Upaya menengahi gencatan senjata telah dilakukan sejak gagalnya gencatan senjata kemarin. Hamas bersikeras bahwa membebaskan sandera sebagai bagian dari kesepakatan untuk mengakhiri perang secara permanen.

Sedangkan Israel sendiri, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa perang hanya akan berakhir dengan “Kemenangan Total”. Keluarga para sandera mendesak Netanyahu untuk menjamin pembebasan para sandera dengan melakukan negosiasi. Namun, partai sayap kanan, dalam koalisinya menentang kesepakatan apapun yang dapat membiarkan Hamas tetap ada.

Baca Juga : Komandan Militer Ukraina Menolak Permintaan Pengunduran Diri Dari Presiden Zelenskyy