
Presiden Prabowo Subianto menyatakan keinginannya untuk memperkokoh kolaborasi Indonesia dengan India pada berbagai sektor, khususnya perekonomian. Para ahli berpendapat bahwa selain Tiongkok dan Amerika Serikat, India merupakan sekutu strategis yang kerja samanya perlu ditingkatkan secara berkelanjutan.
Keinginan Prabowo Terkait Kerja Sama Dengan India Semakin Di perkuat
Prabowo mengatakan hal tersebut dalam pertemuannya dengan Perdana Menteri India Narendra Modi di New Delhi, Sabtu (25/1). Pertemuan kedua pemimpin itu membahas berbagai isu strategis, termasuk bagaimana memperluas dan meningkatkan kerja sama antar kedua negara.
“Kita mempunyai diskusi yang sangat intensif dan jujur antara Perdana Menteri Modi dan pemerintahannya, dan dengan saya dan juga tim pemerintahan saya,” ungkap Prabowo.
Prabowo menjelaskan, dirinya dan Modi mendiskusikan banyak sektor kunci yang menjadi kepentingan bersama dan sepakat untuk meningkatkan kerjasama kedua negara.
“Saya sudah menginstruksikan kepada tim saya untuk mempercepat, memotong birokrasi, memotong banyak regulasi, dan mengedepankan kepentingan bilateral bersama antara India dan Indonesia. Saya juga memberikan instruksi dan akan terus memberikan instruksi yang sama bahwa kita harus mengakselerasi dan meningkatkan kerja sama ekonomi dengan India,” tegasnya.
Dalam pertemuan bilateral, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyatakan prioritas kerja sama jangka panjang dengan India. Kerjasama tersebut telah disetujui bersama dan mencakup berbagai bidang, antara lain perdagangan, investasi, pariwisata, kesehatan, energi, keamanan, kecerdasan buatan, dan teknologi informasi. Prabowo juga mengungkapkan terima kasih atas dukungan India terhadap keanggotaan tetap Indonesia di BRICS, yang diyakini akan berkontribusi pada stabilitas global dan regional.
Selama pertemuan tersebut, kedua pemimpin menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman yang memperkuat kerja sama di bidang-bidang yang telah disepakati.
Dalam momen tersebut, terdapat lima dokumen kerja sama yang telah disepakati oleh kedua negara. Adapun kerja sama yang telah disepakati oleh Indonesia dan India antara lain, Memorandum Saling Pengertian tentang Kerja Sama Kesehatan antara Kementerian Kesehatan Indonesia dengan Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga Republik India; Memorandum Saling Pengertian Antara Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia dan Komisi Pharmacopoeia untuk Obat-obatan India dan Homeopati Kementerian Ayush Republik India dalam Kerja Sama di Bidang Pemastian Mutu Obat Tradisional.
Selain penandatanganan nota kesepahaman bidang diplomatik dan pertahanan, Indonesia dan India juga menyepakati kerja sama di bidang pengembangan digital, keselamatan dan keamanan maritim, serta pertukaran budaya untuk lima tahun ke depan (2025-2028).
Dalam kesempatan tersebut, Prabowo juga mengundang para pengusaha India untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya di sektor infrastruktur. Menurutnya, Indonesia sedang berupaya meningkatkan infrastruktur sehingga para investor dari India diharapkan dapat berpartisipasi dalam proyek-proyek infrastruktur tersebut.
Ekonom Indef Tauhid Ahmad menilai hubungan bilateral yang cukup erat antara Indonesia dengan India sudah terbentuk sejak lama. Menurutnya, kunjungan Prabowo ke India bukan semata-mata untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan India pasca keanggotaan Indonesia di BRICS, tapi juga karena Indonesia memandang India sebagai mitra strategis, selain China dan Amerika Serikat.
Tauhid menilai. langkah Indonesia untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan India merupakan keputusan tepat mengingat pertumbuhan India sudah melampaui China dan cukup konsisten dalam satu dekade belakangan ini.
“Sekarang salah satu center of growth terbesar ekonomi itu adalah India, dan mereka konsisten. Setelah China, katakanlah mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, India konsisten selama 10 tahun berturut-turut di 6,5-6,9 persen per tahun. Sehingga mau tidak mau, India harus dijadikan mitra yang sangat kuat. Kalau ada apa-apa, katakanlah dengan China meredup, maka India sebagai basis mitra dagang yang regular dan konvensional, maka harus didekati karena pertumbuhan ekonomi jauh di atas di dunia,” ungkap Tauhid.
Selain itu, Indonesia dapat memperoleh wawasan berharga dari India, yang dikenal dengan inovasi dan tenaga kerja berkualitas.
Pemerintah India telah secara konsisten mengimplementasikan berbagai inovasi dalam bidang teknologi digital. Warga negaranya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, dan banyak yang menempuh pendidikan di luar negeri. Hal ini telah menjadikan India sebagai pusat teknologi Asia setelah Tiongkok (Silicon Valley). Konsekuensinya, investor merasa yakin untuk berinvestasi di India karena selain biaya tenaga kerja yang kompetitif, negara tersebut juga memiliki banyak tenaga ahli di bidang IT dan sejenisnya. Program sosial India, seperti pemberian makanan bergizi gratis, juga telah diterapkan jauh lebih lama, hingga puluhan tahun.
Meski India merupakan investor di Indonesia, namun nilai investasinya masih terbilang rendah dibanding negara lain, seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Malaysia. Hal ini disebabkan oleh tingkat kemiskinan India yang lebih tinggi dari Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu mengupayakan peningkatan investasi India di Indonesia.
Selain menggandeng India, Indonesia juga perlu memperluas mitra dagang strategisnya untuk mengantisipasi kebijakan ekonomi yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, khususnya kebijakan tarif impor. Kebijakan tersebut diperkirakan akan berdampak pada Indonesia.
Dampak ekonomi dari periode kedua kepresidenan Trump meliputi kenaikan tarif impor sebesar 10-20 persen. Indonesia berpotensi terkena dampak langsung maupun tidak langsung dari kebijakan ini. Jika tarif 60 persen diterapkan terhadap Tiongkok, ketergantungan Tiongkok terhadap Amerika Serikat dapat menurun, yang berpotensi berdampak negatif pada perekonomian Indonesia.
Selain itu, pemerintah perlu mengantisipasi defisit fiskal yang tinggi di Amerika Serikat, yang dapat menyebabkan kenaikan suku bunga di sana. Hal ini berpotensi memicu arus modal asing keluar ke Amerika Serikat dan mengakibatkan depresiasi nilai tukar rupiah. Namun, dampak ini tidak hanya akan dirasakan oleh Indonesia, tetapi juga oleh banyak negara lainnya.
Baca Juga : Minum Kopi Tiar Hari, Emang Aman? Ini 7 Fakta Bahayanya Minum Kopi Setiap Hari