Jakarta, SatuRakyat – Konstruksi Hijau. Pemindahan ibu kota negara Indonesia ke Nusantara, Kalimantan Timur, membawa angin segar bagi penataan kota yang lebih berkelanjutan. Salah satu fokus utama dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara adalah penerapan konsep konstruksi hijau.

Konstruksi hijau, atau bangunan hijau, mengacu pada desain, konstruksi, dan operasi bangunan yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai target emisi nol bersih pada tahun 2060.

Manfaat Konstruksi Hijau di IKN

Penerapan bangunan hijau di IKN menawarkan berbagai manfaat, antara lain:
– Mengurangi emisi gas rumah kaca: Bangunan hijau dirancang untuk hemat energi, sehingga emisi gas rumah kaca yang dihasilkan pun lebih rendah.
– Menghemat sumber daya alam: Menggunakan material ramah lingkungan dan hemat air, sehingga membantu melestarikan sumber daya alam yang berharga.
– Meningkatkan kualitas udara dan kesehatan: Bangunan hijau memiliki ventilasi yang baik dan menggunakan material yang tidak beracun, sehingga kualitas udara di dalam dan di sekitar bangunan lebih sehat.
– Kenyamanan penghuni: Bangunan hijau dirancang untuk memberikan kenyamanan termal dan akustik yang lebih baik bagi penghuninya.
– Meningkatkan nilai ekonomi bangunan: Bangunan hijau umumnya lebih hemat biaya operasi dan perawatan dalam jangka panjang, sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Penerapan Konstruksi Hijau di IKN

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menerapkan bangunan hijau di IKN.
Untuk membuktikan hal ini, kami mengikuti beberapa langkah berikut:
– Penerapan standar bangunan hijau: Pemerintah telah mengeluarkan standar bangunan hijau yang wajib diterapkan pada semua proyek pembangunan di IKN. Standar ini mencakup aspek-aspek seperti desain hemat energi, penggunaan material ramah lingkungan, dan pengelolaan air limbah yang berkelanjutan.
– Pemberian insentif: Pemerintah memberikan insentif bagi pengembang yang menerapkan bangunan hijau dalam proyek mereka. Insentif ini dapat berupa keringanan pajak, kemudahan perizinan, dan akses pendanaan yang lebih mudah.
– Pengembangan teknologi hijau: Pemerintah mendorong pengembangan teknologi hijau yang dapat digunakan dalam konstruksi bangunan di IKN. Teknologi ini dapat berupa panel surya, sistem penampungan air hujan, dan sistem daur ulang air.
– Peningkatan edukasi dan kesadaran: Pemerintah terus meningkatkan edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konstruksi hijau. Kami melaksanakan berbagai program dan kegiatan, seperti seminar, workshop, dan kampanye publik, untuk mencapai tujuan ini.

Tantangan dan Solusi

Meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, penerapan konstruksi hijau di IKN juga menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
– Biaya awal yang lebih tinggi: Biaya awal pembangunan bangunan hijau umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan bangunan konvensional.
– Ketersediaan material: Material ramah lingkungan mungkin tidak selalu tersedia secara luas dan mudah diakses.
– Keterampilan tenaga kerja: Diperlukan tenaga kerja yang terampil untuk merancang, membangun, dan mengoperasikan bangunan hijau.

Konstruksi hijau merupakan salah satu kunci untuk mewujudkan IKN yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan penerapan yang konsisten dan kolaborasi dari semua pihak, IKN dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga : Hubungan Orang Tua Dan Anak: Area yang Pantang Dipijat & Tips Penting untuk Orang Tua