Jakarta, SatuRakyat – Filipina menyatakan, akan menggunakan “otoritas dan kekuatan” dalam upayanya mengentikan perpecahan wilayah. Sebelumnya Presiden Rodrigo Duterte ingin memisahkan Mindanao, tempat kelahirannya, dari kepulauan Filipina. Hal ini terjadi akibat perselisihan antara Duterte dan Presiden Ferdinand Marcos Jr yang kian memburuk, terutama mengenai perbedaan pandangan amendemen konstitusi.
Sumber : The Guardian
Keinginan Presiden Duterte, dalam rencananya memisahkan Mindanao merupakan akibat dari perpecahan aliansi dengan Marcos. Marcos mengklaim bahwa perubahan konstitusional ini bertujuan untuk memfasilitasi investasi asing. Di sisi lain, Duterte mengatakan Marcos ingin memanfaatkan proses perubahan demi bertahan di kekuasaan.
Penasehat Keamanan Nasional Eduardo Ano mengeluarkan peringatan keras, menegaskan bahwa segala upaya pemisahan, termasuk pemisahan Mindanao, akan dihadapi dengan tegas oleh pemerintah. Meskipun Ano tidak menyebutkan secara langsung, pernyataan itu jelas ditujukan pada sikap mantan presiden Duterte.
“Pemerintah pusat tidak akan ragu menggunakan otoritas dan kekuatannya untuk menghentikan segala upaya memecah belah republik,” ujar Ano, menekankan potensi hancurnya kesepakatan kesepakatan perdamaian pemerintah dengan kelompok separatis sebelumnya.
Mindanao sudah sedari dulu dilanda kekerasan dan konflik. Pemerintah berjuang melawan pemberontakan juga para ekstremis yang menghambat investasi sehingga meninggalkan desa–desa dalam kemiskinan. Sebelumnya pada tahun 2014, Moro National Liberation Front (MILF) kelompok pemberontakan terbsesar di Mindanao, telah menandatangani perjanjian damai bersama pemerintah Filipina. Mereka meninggalkan keinginan untuk perpisahan demi kesatuan wilayah yang diperluas bersama Bangsamoro.
Menteri Utama Bangsamoro, Ahod Ebrahim, kembali menegaskan komitmennya pada perjanjian perdamaian. Sementara penasehat proses perdamaian pemerintah, Carlito Galvez Jr, mengimbau rakyat Filipina untuk menolak seruan pemberontakan. Kepala Angkatan Bersenjata Filipina, Romeo Brawner, memerintahkan kepada para prajurit agar tetap bersatu dan setia pada konstitusi serta rantai komando.
Baca Juga : Taiwan Berperang Melawan Mata-Mata Tiongkok