Operasi, militer Pada tahun 1993, ibukota Somalia, Mogadishu Merupakan Oprasi paling tragis yang dialami oleh Amerika Serikat. Konflik yang dipicu oleh perang saudara, kelaparan ekstrem, dan kekejaman kelompok milisi di Somalia memaksa Amerika dan PBB terjun dalam misi kemanusiaan. Namun, niat baik mereka dihadang oleh kenyataan brutal yang berlangsung di bawah kepemimpinan Jenderal Farah Aidid, pemimpin kelompok milisi terbesar di negara tersebut.

Misi Penangkapan Pentolan Milisi Aidid di Bakara Market

Dalam upaya mengakhiri kekejaman Farah Aidid, pasukan Amerika menyusun rencana untuk menangkap para petinggi kelompok Aidid yang sedang mengadakan pertemuan rahasia di Pasar Bakara. Intelijen AS telah memetakan lokasi dengan baik, dan operasi ini dirancang untuk selesai dalam waktu 90 menit. Namun, kenyataan di lapangan berbicara lain.

Tepat pukul 13:00, helikopter Black Hawk melayang di atas Mogadishu, menurunkan pasukan elit AS. Suasana yang awalnya tampak terkendali, seketika berubah menjadi kekacauan ketika milisi Somalia dengan sigap meluncurkan roket RPG, menghantam bagian ekor salah satu helikopter Black Hawk. Helikopter tersebut terputar-putar tak terkendali sebelum jatuh tepat di persimpangan jalan.

Serangan dari Segala Arah

Kecelakaan helikopter menjadi awal dari mimpi buruk bagi pasukan Amerika. Di darat, konvoi kendaraan tempur AS juga disergap oleh milisi bersenjata Somalia yang datang dalam jumlah besar. Baku tembak tak terhindarkan. Pasukan AS yang semula hanya bertujuan melakukan operasi penangkapan, kini terkepung dari segala arah oleh gelombang milisi Somalia yang tak henti-hentinya menyerang.
Operasi yang Berubah Menjadi Mimpi Buruk Tentara AS

Misi Penyelamatan yang Tragis

Di tengah kekacauan, muncul kabar bahwa salah satu pilot helikopter kedua yang jatuh masih hidup dan terjebak di reruntuhan. Sebagai respons, dua orang anggota Delta Force yang ahli dalam misi penyelamatan, Master Sergeant Gary Gordon dan Sergeant First Class Randy Shughart, secara sukarela turun ke lokasi untuk melindungi posisi helikopter yang jatuh dan menyelamatkan pilot tersebut.

Namun, setelah 10 menit terjun di medan tempur, kedua sniper elit ini tewas dalam baku tembak sengit dengan milisi Somalia. Meski begitu, berkat keberanian mereka, pilot helikopter selamat meskipun mengalami luka-luka. Sayangnya, pilot tersebut akhirnya ditangkap oleh milisi Aidid dan ditahan selama 11 hari.

Hari Kelam bagi Militer Amerika

Tragedi tidak berhenti di situ. Jasad kedua sniper yang tewas dengan gagah berani di medan perang diarak oleh warga setempat dengan cara yang memilukan—jasad mereka diikat dengan tali dan ditarik di jalanan Mogadishu. Operasi penangkapan yang direncanakan berlangsung cepat berubah menjadi mimpi buruk, dengan pasukan AS terkepung selama 18 jam di dalam kota.

Pasukan PBB Turun Tangan

Di pusat komando, militer AS yang menyadari jatuhnya dua helikopter mereka dan kematian sejumlah tentaranya segera meminta bantuan dari pasukan perdamaian PBB, UNOSOM II. Pasukan PBB yang terdiri dari tentara Malaysia dan Pakistan melakukan upaya evakuasi tentara AS melalui jalur darat, namun mereka dihadang oleh barikade-barikade yang dibangun oleh warga lokal. Dalam misi penyelamatan tersebut, satu tentara perdamaian dari Malaysia dan Pakistan gugur, menambah panjang daftar korban dalam pertempuran ini.

Akhir yang Pahit

Hari itu, yang seharusnya menjadi operasi militer singkat dan terkendali, berubah menjadi salah satu episode paling tragis dalam sejarah militer Amerika. Pertempuran di Mogadishu tidak hanya menelan nyawa puluhan tentara, tetapi juga menimbulkan luka mendalam yang dirasakan Amerika selama bertahun-tahun. Keberanian para tentara yang gugur dalam baku tembak ini, termasuk dua sniper Delta Force, Gary Gordon dan Randy Shughart, diakui oleh dunia, meskipun nyawa mereka menjadi harga mahal yang harus dibayar dalam operasi ini.


Kesimpulan

Pertempuran Mogadishu, atau yang lebih dikenal dengan nama “Black Hawk Down,” adalah sebuah peringatan nyata bahwa bahkan operasi militer yang tampaknya sederhana sekalipun dapat berubah menjadi tragedi besar ketika menghadapi musuh yang tidak terduga. Hingga kini, kisah keberanian, pengorbanan, dan kegagalan dari misi tersebut terus menjadi pembelajaran bagi generasi mendatang.

Baca Juga : Prabowo Ingatkan Menteri: Jangan Cari Uang dari APBN