Jakarta, SatuRakyat – Pembunuhan, Pada Minggu malam, tragedi pembunuhan menggemparkan dunia pengusaha burung di Medan.
Baharudin Siregar, seorang pengusaha berusia 71 tahun, ditemukan tewas di tempat usahanya di Kelurahan Sei Kambing, Medan.
Kapolrestabes Medan, Kombes Teddy Jhon Marbun, mengungkap bahwa pembunuh Baharudin adalah EP (41), seorang karyawan yang baru bekerja selama dua bulan di usahanya.
Motif pembunuhan ini adalah rasa sakit hati EP karena Baharudin tidak membayar utang sebesar Rp 5 juta, yang telah menjadi sumber konflik antara mereka.
Kronologi Pembunuhan
EP melakukan pembunuhan dengan menggunakan kayu balok, menyebabkan Baharudin jatuh dan meninggal dunia.
Ia kemudian berusaha menyembunyikan jejak kejahatannya dengan membungkus mayat korban dengan cermat menggunakan kain seprai, pembalut jok mobil, karton, dan plastik biru.
Tindakan ini menunjukkan perencanaan yang matang untuk menutupi kejahatannya.
EP kemudian menurunkan mayat dari lantai dua ruko tempat usaha Baharudin dan memasukkannya ke dalam mobil.
Ia melakukan perjalanan gelap membawa mayat korban menuju Aceh, di mana ia membuangnya ke Sungai Bayeun.
EP kemudian menyimpan mobil korban di rumah iparnya, RTB, di Aceh Tamiang, sebelum melarikan diri ke Pekanbaru menggunakan mobil tersebut.
Penangkapan Pelaku dan Proses Hukum
Polrestabes Medan melakukan penyelidikan intensif dan berhasil menangkap EP dan RTB.
Keduanya kini mendekam di RTP Satreskrim Polrestabes Medan dan akan menghadapi proses hukum yang berlaku.
Kasus ini mencerminkan kompleksitas hubungan antara pengusaha dan karyawan, di mana masalah keuangan dapat memicu tindakan tragis yang merenggut nyawa.
Pesan Moral
Pengungkapan motif pembunuhan dan perjalanan panjang penyelidikan oleh aparat kepolisian menciptakan sebuah naratif yang mencengangkan.
Masyarakat diingatkan akan pentingnya penyelesaian masalah secara damai, guna mencegah eskalasi konflik yang berujung pada tragedi seperti ini.
Kejadian ini juga menunjukkan betapa pentingnya penanganan utang dan kewajiban keuangan dengan bijak demi menjaga stabilitas hubungan sosial dan profesional.
Tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak untuk mengedepankan komunikasi dan solusi damai dalam menyelesaikan masalah, serta mengelola keuangan dengan bertanggung jawab.
Ketegasan hukum dan edukasi publik menjadi kunci untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Baca Juga : Korea Selatan Singkirkan Australia di Perempat Final Piala Asia