Jakarta, SatuRakyat – Pemerintah Inggris melarang penggunaan vape sekali pakai, dalam upayanya memerangi penggunaannya dikalangan remaja.
Dalam sebuah usaha pemerintah mengurangi penggunaan vape dikalangan remaja, pemerintah Inggris akan melarang vape sekali pakai (pod). Pemerintah membatasi rasa manis dan buah-buahan, menggunakan kemasan polos juga membuat tampilan di dalam toko menjadi kurang terlihat. Rektor Rishi Sunak, mengumumkan aturan ini diperkirakan mulai berlaku akhir tahun 2024 nanti.
Meningkatnya jumlah vaping pada remaja, Sunak menyatakan “Seperti yang diketahui oleh orang tua atau guru, salah satu tren yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah meningkatnya penggunaan vape dikalangan remaja. Sehingga kita harus bertindak sebelum penyakit ini menjadi endemik.”
Larangan ini merupakan bagian dari respon konsultasi publik mengenai masalah rokok dan vape, telah menghasilkan rencana anti rokok paling ketat di dunia. Hal ini termasuk larangan menjual produk tembakau kepada individu kelahiran tahun 2009 (15 tahun).
Meskipun vape diakui manfaatnya agar bisa berhenti merokok, kekhawatiran para profesional kesehatan tentang dampak kesehatan jangka panjang yang tak diketahui kaum muda, termasuk potensi masalah pernapasan juga kecanduan nikotin. Statistik terbaru menunjukkan peningkatan tiga kali lipat jumlah remaja menggunakan vape selama tiga tahun terakhir. 9% remaja berusia 11-15 tahun menggunakan vape.
Tujuan Pemerintah Inggris Melarang Vape Sekali Pakai Tak Hanya Untuk Kesehatan Para Remaja
Larangan ini juga bertujuan untuk menjaga dampaknya terhadap lingkungan, karena diketahui ada sekitar lima juta vape yang dibuang setiap minggunya.
Royal College of Paediatrics and Child Health, menyambut baik aturan tersebut. Mereka menekankan perlunya tindakan untuk memerangi vaping di kalangan remaja. Dr Mike Mckean, menyatakan betapa pentingnya untuk diadakannya pemantauan ketat terkait hal tersebut.
Untuk menegakkan larangan tersebut, denda akan dikenakan pada toko-toko di Inggris dan Wales yang menjual vape secara illegal kepada para remaja. Pemerintah juga melarang alternatif lain dari vape.
Meskipun 70% dari 25.000 orang yang mengikuti konsultasi publik mendukung larangan vape sekali pakai, the UK Vaping Industry Association (UKVIA), menyatakan kekecewaannya, dengan alasan bahwa larangan dan pembatasan dapat membuat perokok enggan menggunakan vape sebagai alat berhenti merokok. UKVIA berencana menyajikan skema berbasis konsultasi industri kepada anggota parlemen untuk mengatasi masalah penjualan dibawah umur secara efektif.
Baca Juga : Penderitaan Pemuda Indonesia Menjadi Korban Eksploitasi Pekerja Musiman Di Inggris