
Penipuan Deepfake, Kejahatan seks penipuan deepfake telah menjadi masalah besar di Korea Selatan. Polisi telah menemukan bahwa 297 kasus kejahatan eksploitasi seksual deepfake dilaporkan dari Januari hingga Juli 2024. Di antara 178 orang yang didakwa, 73,6 persen, atau 113 orang, diketahui adalah remaja. Kita akan membahas kronologi kejahatan seks deepfake hantui remaja-tentara di Korea Selatan.
Awal Kejahatan Penipuan Deepfake
Kejahatan seks deepfake di Korea Selatan dimulai pada awal tahun 2024. Pada saat itu, polisi menemukan bahwa beberapa siswa SMA telah membuat video deepfake yang menggunakan foto siswa lain dan informasi pribadi mereka. Video tersebut kemudian dibagikan di Telegram, sebuah aplikasi pesan online.
Penyebaran Kejahatan Penipuan Deepfake
Kejahatan seks deepfake kemudian menyebar di kalangan pemuda yang paham teknologi. Mereka membuat video deepfake yang menggunakan foto korban dan informasi pribadi mereka. Video tersebut kemudian dibagikan di media sosial dan aplikasi pesan online.
Dampak Kejahatan Penipuan Deepfake
Kejahatan seks deepfake telah membuat banyak korban, terutama remaja perempuan. Mereka merasa takut dan malu karena foto dan informasi pribadi mereka telah dibagikan di media sosial dan aplikasi pesan online. Beberapa korban bahkan menghapus seluruh swafoto di media sosial mereka supaya tak menjadi korban deepfake.
Upaya Pencegahan Penipuan Deepfake
Untuk mencegah kejahatan seks deepfake, polisi telah melakukan beberapa upaya. Mereka telah menangkap beberapa pelaku dan menghapus video deepfake dari media sosial dan aplikasi pesan online. Mereka juga telah memberikan peringatan kepada siswa untuk menghapus atau menghindari memposting foto diri mereka secara daring guna mencegah menjadi korban kejahatan deepfake.
Kejahatan seks deepfake telah menjadi masalah besar di Korea Selatan. Polisi telah menemukan bahwa 297 kasus kejahatan eksploitasi seksual deepfake dilaporkan dari Januari hingga Juli 2024. Di antara 178 orang yang didakwa, 73,6 persen, atau 113 orang, diketahui adalah remaja. Oleh karena itu, kita harus lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial dan aplikasi pesan online. Kita juga harus menghormati privasi orang lain dan tidak membuat video deepfake yang menggunakan foto dan informasi pribadi mereka.
Baca Juga : 102 Tahun dan Masih Terbang Tinggi: Kisah Inspiratif Irene O’Shea