Jakarta, SatuRakyat – Dalam pertunjukan militer Korut terbaru, mereka menembakkan beberapa rudal jelajah dari pelabuhan militer di bagian timur. Peluncuran tersebut, terjadi sekitar pukul 8 pagi, membuat intelijen Korsel-Amerika segera menyelidikinya. Jumlah pasti rudal yang diluncurkan masih dirahasiakan.
Menanggapi peristiwa tersebut, kepala staf gabungan mengeluarkan pernyataan menekankan kerja sama antara Korsel-Amerika, dalam memantau dan menganalisa situasi. Pengawasan dan kewaspadaan ditingkatkan terus untuk mengamati tanda-tanda atau aktivitas Korut.
Ini menandai demonstrasi senjata ketiga Korut tahun ini di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika, Korsel, dan Jepang. Uji coba rudal sudah pernah dilakukan beberapa kali :
- Uji coba rudal jelajah pada tanggal 24 Januari.
- Uji coba rudal balistik jarak menengah berbahan bakar padat pada tanggal 14 Januari.
Terlepas dari tindakan provoaktif akibat pertunjukan militer Korut ini, para pejabat di Washington dan Seoul belum melihat adanya indikasi bahwa Pyongyang bermaksud melakukan tindakan militer. Para analisis dan pejabat mengantisipasi bahwa Korut, telah mencapai kemajuan dalam pengembangan rudal balistik juga memperkuat hubungan bersama Russia, mungkin akan melanjutkan atau meningkatkan tindakan provoaktifnya.
Menanggapi tindakan Korut. Amerika, Korsel, dan Jepang telah memperluas latihan militer gabungan, yang digambarkan oleh Presiden Korut, Kim Jong–un sebagai latihan invasi. Mereka juga telah menyempurnakan strategi pencegahannya, dengan menyiapkan aset-aset Amerika yang berkemampuan nuklir.
Media pemerintah Korut, KCNA, mengecam latiham militer antara Amerika-Korsel, serta memperingatkan konsekuensi “tanpa ampun”. The dispatch yang dirilis pada minggu pagi, menyoroti ancaman ditimbulkan oleh latihan perang nuklir dan menekankan untuk sepenuhnya siap mengahapi potensi perang.
Perlu dicatat bahwa Korut melakukan uji coba pertama rudal jelajah berkemampuan serangan nuklir pada bulan September 2021.
Baca Juga : Penderitaan Pemuda Indonesia Menjadi Korban Eksploitasi Pekerja Musiman Di Inggris