
Jakarta, SatuRakyat – Pilot AS, Seorang pilot Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) meninggal dunia pada hari Senin(26/2) setelah membakar diri di depan Kedutaan Besar Israel di Washington, D.C.
pada hari Minggu (25/2).
Pria yang identitasnya belum dirilis tersebut, dilaporkan berusia 28 tahun dan telah bertugas di Angkatan Udara AS selama 6 tahun.
Kemudian, Pada hari Minggu sore, dia terlihat menyiramkan bensin ke tubuhnya dan membakar diri di depan Kedutaan Besar Israel.
Petugas pemadam kebakaran dengan sigap memadamkan api dan membawanya ke rumah sakit, namun dia mengalami luka bakar yang serius dan meninggal dua hari kemudian.
Pesan Protes dan Dukungan
Sebelum membakar diri, pria tersebut sempat merekam video di mana dia menyatakan keprihatinannya atas situasi di Gaza dan menyerukan diakhirinya pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Video tersebut diunggah di media sosial dan telah dilihat oleh jutaan orang.
Aksi bakar diri tersebut memicu berbagai reaksi di Amerika Serikat.
Banyak orang yang mengecam tindakan Israel di Gaza dan menyatakan dukungannya terhadap aksi protes sang pilot.
Dampak dan Konsekuensi
Aksi bakar diri pilot AS tersebut merupakan peristiwa tragis yang menyoroti situasi di Gaza yang semakin memburuk.
Perang di Gaza telah berlangsung selama hampir lima bulan dan telah menelan korban jiwa lebih dari 29.000 orang, sebagian besar adalah warga sipil.
Kematian pilot AS tersebut kemungkinan akan meningkatkan tekanan internasional terhadap Israel dan Amerika Serikat untuk segera mengakhiri perang di Gaza.
Di Amerika Serikat sendiri, aksi tersebut dapat memicu perdebatan yang lebih luas tentang kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah.
Reaksi dan Tanggapan
Angkatan Udara AS Mengkonfirmasi bahwa korban adalah anggota aktif dan menyatakan belasungkawa kepada keluarga.
Pemerintah Israel Mengecam aksi bakar diri tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan teror.
Pemerintah AS Menyatakan keprihatinan atas situasi di Gaza dan menyerukan gencatan senjata.
Aksi bakar diri pilot AS di depan Kedutaan Besar Israel merupakan peristiwa tragis yang memiliki dampak signifikan.
Peristiwa ini menyoroti situasi di Gaza yang semakin memburuk dan memicu perdebatan tentang kebijakan luar negeri AS di Timur Tengah.
Baca Juga : Era Baru Transportasi: Indonesia Siap Mengudara dengan Taksi Terbang