Kronologi kejadian menunjukkan bahwa serangan tersebut dipicu oleh serbuan kelompok ISIS terhadap tiga lokasi militer milik pasukan rezim Suriah dan pejuang setia mereka. Bentrokan bersenjata yang sengit terjadi, mengakibatkan korban jiwa yang tragis di antara para pejuang yang berusaha membela wilayah mereka.
Kelompok teroris ISIS, meskipun telah kehilangan kekuasaannya secara teritorial di Suriah pada tahun 2019, terus melakukan serangkaian serangan mematikan, terutama terhadap pasukan pro-pemerintah dan pejuang pimpinan Kurdi di wilayah gurun yang luas. Bahkan setelah kekalahan mereka secara teritorial, sisa-sisa ISIS masih mampu menimbulkan kekacauan dan ketakutan di Suriah dan Irak.
Observatorium mencatat bahwa bulan lalu, para pejuang ISIS telah membunuh 28 tentara Suriah dan pasukan pro-pemerintah dalam dua serangan terpisah. Salah satu insiden melibatkan penembakan terhadap sebuah bus militer di provinsi Homs bagian timur.
Sementara itu, enam tentara Suriah tewas dalam serangan yang dilancarkan oleh ISIS terhadap sebuah pangkalan di Suriah timur. Gelombang serangan terbaru ini menunjukkan bahwa meskipun kehilangan wilayah secara teritorial, sisa-sisa ISIS tetap menjadi ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut.
Perang berkepanjangan di Suriah telah menyebabkan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya bagi masyarakat, dengan korban jiwa yang terus bertambah. Konflik ini melibatkan berbagai pihak yang saling berhadapan, menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan berisiko tinggi. Dalam konteks ini, penegakan hukum dan kerja sama internasional menjadi kunci untuk mengatasi ancaman terorisme dan mencapai perdamaian yang berkelanjutan di Suriah dan wilayah sekitarnya.