Jakarta, Satu Rakyat – Kota Rafah. Pasukan Israel dilaporkan telah membunuh sedikitnya 44 pengungsi dalam operasinya di Kota RafahGaza Selatan. Hal ini meningkatkan ketakutan kepada lebih dari satu juta pengungsi.

Sumber : The Guardian

Rafah terletak berbatasan dengan Mesir, Rafah sudah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi lebih dari separuh penduduk Gaza yang berjumlah 2.3 juta jiwa. Pasukan Israel terus bergerak ke arah selatan dalam konflik selama empat bulan terakhir.

Sebelumnya Perdana Menteri IsraelBenjamin Netanyahupada hari Jumat, menginstruksikan Israel Defense Forces (IDF) dan kementerian pertahanan Israel, untuk melakukan operasi di Rafah. Pengumuman ini telah memicu kepanikan bagi para pengungsi yang sudah sesak.

Dengan dua pertiga wilayah Gaza berada di bawah perintah evakuasi dan kerusakan yang terus terjadi, tempat tujuan evakuasi untuk para pengungsi masih belum pasti. Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry memperingatkan pada hari Sabtu bahwa operasi militer Israel ini dapat menimbulkan “bencana”, menekankan bahwa tujuan akhir Israel adalah pengusiran warga Palestina dari tanah mereka.

44 Pengungsi Tewas Akibat Serangan Udara

Serangan udara terjadi hampir setiap hari, menimbulkan kekhawatiran mengenai keselamatan warga sipil yang sebelumnya dievakuasi ke kota tersebut. Serangan semalaman pada rumah-rumah di Rafah mengakibatkan kematian 44 pengungsi bersama dengan 12 anak-anak diantaranya.

Kritik Internasional dengan cepat melayang kepada Israel terkait operasinya di Rafah. Philippe Lazzarini, kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), memperingatkan bahwa serangan seperti itu hanya akan menyebabkan “tragedi tambahan yang tak ada habisnya.”

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengkritik operasi Israel di Gaza sebagai “tindakan yang berlebihan.” Biden menekankan perang perlu dihentikan dan menyerukan solusi dua negara terhadap konflik tersebut.

Hamas mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan akan adanya bencana jika tetap melanjutkan operasi militer Israel di Rafah. Hamas juga mengatakan pemerintah Amerika, komunitas Internasional, dan penduduk Israel bertanggung jawab atas potensi bencana tersebut.

Ketika konflik memasuki bulan kelima. situasi masih sangat memanas juga belum ada penyelesaian jelas. Perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada bulan Oktober telah menimbulkan banyak korban jiwa, pengungsian dan kehancuran di wilayah tersebut.  Komunitas Internasional terus berusaha untuk menemukan solusi perdamaian atas perang Israel-Hamas.

Baca Juga : Israel Menolak Gencatan Senjata, Konflik Akan Tetap Berlanjut