Jakarta, SatuRakyat – Menuju Pemilu Korea Selatan, Ibu Negara Kim Keon Hee, tersandung skandal yang meningkatkan ketidakpuasan publik terhadap pemerintah.
Sumber : The Guardian
Partai berkuasa pimpinan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, menghadapi krisis dengan tuduhan ibu negara, Kim Keon Hee, secara tidak pantas menerima tas tangan desainer.
Kontroversi terjadi pada pertemuan Kim Keon Hee, dan pendeta Korea–Amerika Choi Jae–young, seorang pendukung reunifikasi Korea Utara-Selatan. Choi mengatakan dia mendengar urusan sensitif negara dibahas selama pertemuan mereka, ia lalu secara diam–diam merekan pertemuan mereka selanjutnya menggunakan kamera tersembunyi.
Selama pertemuan kedua mereka, Choi dilaporkan menghadiahkan tas tangan Dior senilai 3 juta won (35 juta rupiah) kepada Kim. Media berita berhaluan kiri Voice of Seoul, merilis video bukti yang memancing berbagai tudingan di media Korea Selatan.
Choi mengklaim tindakannya didasari oleh keinginannya untuk mengungkap dugaan korupsi. Dia juga menekankan jika sudah memberi tahu Kim terlebih dahulu tentang hadiah tersebut. Tetapi, konsekuensi hukumnya masih belum pasti, karena undang–undang anti korupsi melarang pasangan pejabat publik menerima hadiah melebihi 1 juta won.
Sementara itu para pendukung Presiden Yoon menuduh Choi berusaha mempengaruhi pemilu yang akan datang. Lembaga antikorupsi telah memulai penyelidikan atas kasus tersebut.
Bukan Pertama Kalinya Ibu Negara Kim Keon Hee Tersandung Skandal
Sebelumnya Kim sudah pernah terlibat kasus kontroversi plagiarisme dan tuduhan manipulasi saham, dan kini sedang diawasi dengan ketat. Presiden Yoon baru–baru ini, memveto rancangan undang–undang meminta penyelidikan khusus atas dugaan ketelbiatan dalam manipulasi saham.
Ketika Korea Selatan bersiap untuk mengadakan pemilihan umum tanggal 10 April nanti, kedua partai politik besar sedang berlomba-lomba mendapatkan dukungan publik di tengah perebutan kekuasaan internal. Waktu kemunculan skandal tas tangan ini sangat buruk bagi Presiden Yoon, yang saat ini sedang menghadapi ketidakpuasan publik.
Dalam voting baru baru ini, 69% peserta menyatakan perlunya Presiden Yoon mengatasi kontroversi seputar ibu negara. Sementara 53% lainnya percaya Kim bertindak secara tak pantas. Para analisis menggambarkan skandal itu sebagai “ledakan politik”, dan partai presiden sedang berselisih dengan masalah internal.
Kalangan loyalis presiden menganggap skandal itu sebagai kampanye kotor, namun beberapa anggota partai mengakui hal itu sebagai masalah publik. Kekacauan internal mencapai titik kritis ketika anggota senior kantor Yoon menyarankan pengunduran diri pemimpin partai, Han Dong-hoon.
Media Chosun Libo mengatakan dalam editorialnya bahwa masalah ini dapat diatasi jika Presiden Korea Selatan Yoon meminta maaf sebelumnya, dengan menyatakan “Masalahnya kini telah mencapai situasi yang paling buruk”.
Baca Juga : Anggota Parlemen Korea Selatan Diserang Menggunakan Batu