
Jakarta, SatuRakyat – Teknologi. Di era modern, teknologi motor injeksi telah menjadi primadona pada kendaraan roda dua. Berbeda dengan sistem karburator, motor injeksi diklaim menawarkan berbagai keuntungan, seperti performa mesin yang lebih optimal, emisi gas buang yang lebih rendah, dan konsumsi bahan bakar yang lebih irit.
Namun, seiring dengan kemunculannya, muncul pula mitos yang beredar di kalangan pengguna motor injeksi, salah satunya adalah larangan untuk membiarkan motor injeksi kehabisan bensin.
Mitos ini memicu kekhawatiran bagi para pengendara, terutama bagi mereka yang baru beralih dari motor karburator.
Memahami Sistem Kerja Motor Injeksi
Untuk memahami mengapa mitos ini muncul, penting untuk mengerti terlebih dahulu cara kerja sistem injeksi pada motor.
Pada motor injeksi, terdapat komponen bernama pompa bensin yang bertugas memompa bahan bakar dari tangki ke injector. Injector kemudian menyemprotkan bahan bakar tersebut ke ruang bakar dalam jumlah yang presisi sesuai kebutuhan mesin.
Proses ini dikendalikan oleh ECU (Engine Control Unit), “otak” dari sistem injeksi yang menerima berbagai data sensor, seperti sensor udara, sensor suhu, dan sensor posisi throttle.
Berbeda dengan sistem karburator yang mengandalkan gravitasi dan tekanan udara, sistem injeksi ini terbilang lebih kompleks dan melibatkan banyak komponen elektronik.
Mitos dan Fakta Kehabisan Bensin pada Teknologi Motor Injeksi
Mitos: Kehabisan bensin pada motor injeksi dapat merusak pompa bensin, injector, dan ECU.
Fakta: Pompa bensin pada motor injeksi dirancang untuk mendinginkan diri dengan sirkulasi bensin. Saat tangki penuh, bensin akan mengalir melalui pompa dan kembali ke tangki, membantu mendinginkannya.
Namun, saat bensin habis, pompa akan bekerja “kering” tanpa pendinginan yang memadai. Hal ini memang dapat memperpendek umur pompa bensin, terutama jika dilakukan secara berulang.
Injector pada motor injeksi dilapisi dengan bahan khusus yang tahan terhadap deposit dan kotoran.
Meskipun kehabisan bensin dapat menyebabkan sedimentasi pada injector, kemungkinan kerusakannya relatif kecil.
Namun, untuk menjaga performa dan umur injector, sebaiknya hindari kebiasaan membiarkan motor kehabisan bensin.
ECU pada motor injeksi merupakan komponen elektronik yang “sensitif”.
Kehabisan bensin tidak secara langsung merusak ECU.
Namun, jika aki motor lemah saat bensin habis, proses starter yang berulang dapat menyebabkan lonjakan tegangan yang berpotensi merusak ECU.
Dampak dan Solusi Kehabisan Bensin pada Motor Injeksi
Meskipun bukan kerusakan fatal, kehabisan bensin pada motor injeksi dapat menimbulkan beberapa dampak, seperti:
– Mogok: Motor tentu tidak akan dapat dihidupkan kembali tanpa bensin.
– Kesulitan starter: Jika aki lemah, proses starter berulang kali saat kehabisan bensin dapat menguras aki dan membuatnya sulit untuk starter.
– Endapan pada injector: Seperti disebutkan sebelumnya, kehabisan bensin berpotensi meningkatkan sedimentasi pada injector, yang dapat memengaruhi performa mesin.
Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menghindari kebiasaan membiarkan motor injeksi kehabisan bensin.
Berikut beberapa solusi untuk mencegahnya:
– Pantau indikator bensin: Selalu perhatikan indikator bensin pada dashboard dan hindari membiarkannya menipis.
– Isi ulang bensin secara rutin: Biasakan mengisi ulang bensin sebelum indikator menunjukkan level minimum.
– Bawa bensin cadangan: Jika memungkinkan, bawalah bensin cadangan dalam botol kecil untuk berjaga-jaga.
Mitos bahwa motor injeksi tidak boleh kehabisan bensin tidak sepenuhnya benar. Kehabisan bensin memang dapat memperpendek umur pompa bensin dan berpotensi merusak injector, tetapi kerusakannya tidak fatal dan dapat dicegah dengan kebiasaan mengisi bensin secara rutin.
Baca Juga : Hubungan Orang Tua Dan Anak: Area yang Pantang Dipijat & Tips Penting untuk Orang Tua