Jakarta, SatuRakyat – Gelombang protestan telah menyebabkan banyak wisatawan terdampar di Machu Picchu. Ketika para demonstran memblokir layanan kereta api ke reruntuhan kuno dengan alasan kekhawatiran atas sistem baru. Aksi tersebut berlangsung sejak akhir pekan lalu, masyarakat setempat menghambat transportasi kereta api ke Machu Pichu.

Kereta api menuju dataran tinggi Andean telah ditutup sejak Sabtu, karena masalah keselamatan dari demonstran yang menghalangi jalur kereta api. Meskipun ada diskusi di hari senin dua operator tur mengonfirmasi kepada Reuters bahwa jalur perjalanan akan tetap tutup.

Protes tersebut berdampak pada ratusan wisatawan dari seluruh dunia kini tidak dapat mengakses Machu Picchu. Insiden ini semakin menambah tantangan bagi industri pariwisata Peru, yang mengalami kesulitan signifikan tahun lalu. Meluasnya kerusuhan sipil khususnya wailayah Andean bagian selatan merupakan wilayah penting bagi industri tembaga negara.

Perselisihan berkisar pada kosolidasi penjualan tiket oleh pemerintah, memicu frustasi di kalangan pengunjuk rasa termasuk serikat perjalanan operatur tur dan penduduk lokal.

Masyarakat di Machu Picchu mengatakan, bahwa platform penjualan tiket elektronik dapat berdampak buruk pada bisnis lokal karena memusatkan penjualan dan menyalurkan keuntungan ke satu perusahaan. Pihak berwenang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pelestarian situs, memperingatkan tentang kepadatan dan penjualan tiket yang berlebihan..

Hal ini membuat pemerintah untuk cepat mengambil langkah baru dalam mengelola jumlah pengunjung di tengah meningkatnya jumlah wisatawan pascapandemi.

Pemerintah berpendapat bahwa platform tiket baru yang diterapkan mulai Januari bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan jumlah pengungjung. Pemerintah membatasi wisatawan per 4.500 tiket naik dari sebelumya 3.800 tiket.

Baca Juga : Empat WNI Merebut Uang Turis Jepang di Thailand