
Jakarta, Satu Rakyat – Korea Utara, di tengah meningkatnya ketegangan Semenanjung Korea, baru-baru ini telah menghancurkan Monumen Reunifikasi Korea. Sebuah monumen yang melambangkan harapan rekonsiliasi dengan Korea Selatan. Monumen tersebut, dibangun pada tahun 2000 setelah pertemuan puncak antar-Korea.
Perkembangan ini mengikuti pernyataan pemimpin Korea Utara Kim Jong–un, bahwa reunifikasi damai Korea Utara dan Selatan tidak lagi memungkinkan. Kim, menyebut lengkungan beton tersebut sebagai sesuatu yang “merusak pemandangan” pada pidatonya di hadapan Majelis Rakyat Tertinggi. Dia mengusulkan amandemen konstitusi Korea Utara untuk menunjuk Korea Selatan sebagai “musuh utama” negara, menandai akhir dari reunifikasi Korea.
Monumen Reunifikasi Korea yang memiliki tinggi 30 meter, berada di Jalan Raya Reunifikasi, menghubungkan Pyongyang ke perbatasan dengan penjagaan ketat. Monumen itu memiliki makna simbolis, melambangkan kemandirian, perdamaian, dan kerja sama nasional, sesuai catatan pemerintah Korea Selatan. Meskipun itu adalah banggunan simbolis, laporan tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa Korea Utara, akan lebih provokatif dalam hubungan Korea Selatan dan sekutunya. Khususnya pada bulan–bulan menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat.
Provokasi dari Korea Utara mencakup klaim peluncuran satelit mata–mata pada bulan November, uji coba rudal balistik dengan hulu ledak hipersonik. Selain itu, Korea Selatan melaporkan Korea Utara menembakkan beberapa rudal jelajah ke laut, dekat perbatasan laut antara kedua negara.
Korea Utara menggunakan peluncuran rudal sebagai bentuk protes latihan militer gabungan Korea Selatan–Amerika Serikat, memandangnya sebagai latihan invasi. Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan mereka akan mengawasi semenanjung korea dengan ketat, juga menyatakan keyakinannya akan pertahanan semenanjung.
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, telah mengambil sikap lebih keras terhadap Pyongyang, dan berjanji akan memberikan tanggapan segera terhadap provokasi. Di sisi lain, Korea Utara mengancam akan “memusnahkan” negara tetangganya jika, menandakan keluarnya Korea Utara dari perjanjian tahun 2018.
Di hancurkannya Monumen Reunifikasi Korea juga penghapusan lembaga-lembaga pemerintah yang mengawasi hubungan dengan Korea Selatan oleh Majelis Rakyat Tertinggi baru-baru ini semakin membenarkan ketegangan hubungan antara kedua Korea.
Baca Juga : Dugaan Korea Utara Memberikan Suplai Ke Russia Semakin Kuat