
Jakarta, 21 Januari 2024 SatuRakyat – Perdana Mentri Israel Benjamin Netanyahu. Dengan tegas menolak solusi dua negara antara Israel-Palestina.
Penolakan Netanyahu terhadap solusi dua negara ini menyebabkan kondisi politik terpecah menjadi dua. Ada yang pro dan ada yang kontra terhadap keputusan tersebut.
Sikap penolakan terhadap solusi dua negara ini juga memperumit hubungan Israel dengan sekutunya termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
AS berulang kali mengatakan kemerdekaan Palestina adalah satu-satunya jalan untuk membangun kembali Gaza. Sedangkan Mentri Luar Negri Inggris mengatakan “penolakan PM Israel terhadap negara Palestina salah secara moral juga bertentangan dengan kepentingan semua orang.”
Banyak pihak Internasional termasuk Amerika sudah mendesak Israel. Namun Netanyahu tetap bersikeras untuk mempertahankan kontrol atas Gaza, bahkan setelah nanti konflik dengan Hamas berakhir.
Konflik dalam Negri juga mulai terlihat. Masyarakat Israel mulai memberontak lalu memprotes atas kepemimpinan Netanyahu. Mereka mulai melakukan demonstrasi untuk pembebasan para sandera, dan Netanyahu turun dari jabatannya.
Serangan yang dilakukan Israel telah menewaskan sekitar 25.000 warga Palestina sejak tiga bulan yang lalu. Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak, yang menyebabkan sekitar dua juta orang pergi mengungsi dan membuat wilayah Gaza menjadi reruntuhan.
Bencana kelaparan dan penyakit menjangkit di kamp-kamp pengungsian yang penuh dengan sesak.
Namun sampai sekarang pun Israel masih belum menangkap satupun pemimpin kelompok terebut di Gaza, dan Hamas baru-baru ini kembali meluncurkan serangan roket dari Gaza Utara.
Baca Juga : Pengungsi Palestina Dievakuasi, Rumah Sakit Nasser Jadi Korban Peperangan Israel-Hamas